Alkisah disuatu pelosok Negeri, (pastinya bukan negeri kita) tampak Abunawas sedang blusukkan memperhatikan kondisi rakyat yang memprihatinkan. Tiba tiba ada seseorang bepakaian lusuh dan hampir sobek menghampiri Abunawas
"Ya Abunawas, tolonglah kami! Tolonglah kami!!"(rengek orang tersebut). "Ada apa gerangan pak tua?"(Abunawas terheran heran). "Tolonglah kami, kami hanyalah penduduk miskin nan fakir yang sedang kelaparan, kami sudah menuju istana namun tidak ada orang disana."(Jelas orang itu). "Lalu, ada siapakah didalam istana nan megah bak surga tersebut?"(Tanya Abunawas). "Kami tidak menahu tentang itu tuan! Tadi, kami langsung diusir oleh para pengawal."(Jelas orang itu).
Setelah mendengar penjelasan penduduk miskin tersebut, Abunawas langsung datang ke istana dan hendak memastikan keadaan disana. Namun sesampainya di istana, ia mendapat kawalan ketat dari para penjaga pintu. "Hei! Hendak apa gerangan tuan datang kemari?"(Ucap pengawal yang berbadan besar). "Aku ingin masuk!"(Bentak Abunawas). "Tidak bisa!! Memang siapakah tuan? Berani beraninya masuk?"(Pengawal tak kalah ganas). "Asal tuan tahu ya!! Saya ini adalah calon kadi di Negeri ini. Saya ini Abunawas! Kerabat dekat Kerajaan!!"(Abunawas begitu jelasnya). Akhirnya, Pengawal langsung memberi jalan pada Abunawas.
Sesampainya di istana, Abunawas langsung menghadap kepada Sang Ratu. "Wahai Abunawas, ada hal apa yang mendesak? "Maaf paduka Ratu, tadi hamba melihat penduduk miskin dipelosok negeri yang sedang kelaparan." "Oh, jadi begitu alasanmu. Sebenarnya keadaan Negeri kita ini sedang kalut. Pertumbuhan ekonomi kita semakin menurun drastis, hampir seluruh aset negara telah dijual untuk menutupi kekurangan." (jelas Sang Ratu). "Abunawas, maukah kau menolongku?" "Menolong untuk apa wahai paduka Ratu?"(Abunawas masih bingung). "Tolong jaga mahkota ini dari orang jahat. Karena hanya inilah harta berhargaku."(Pinta Sang Ratu). "Baiklah ratu, hamba akan menjaganya tapi......."(Abunawas mulai bertaktik).
"Tapi apa?"(Teriak Sang Ratu). "Tapi hamba ingin mendapatkan hadiah." "Dasar kau!!"(Sang Ratu seraya menampar Abunawas). "Tu tunggu dulu Ratu, ini tidak seperti yang paduka Ratu pikirkan, hadiah yang saya maksud adalah Cambuk 100 kali."(Pinta Abunawas). "Baiklah, aku tak bisa menolak tawaran ini. Dan sekarang pergilah! Laksanakan tugasku atau ku beri hukuman."(Teriak Ratu dengan sinisnya).
Tiba tiba terjadilah sebuah insiden, Bruukk!! "Aduh!! Kalo jalan tolonglah melihat pakai mata dasar orang miskin."(Ucap orang itu kepada Abunawas). Namun anehnya, Abunawas tidak ikut merajuk. "Eh! Ada Pak Perdana Menteri, maaf Perdana Menteri yang Agung! Hamba Khilaf, hamba tak akan mengulangi."(Abunawas merendah). "Ya, ya, ya, ngomong ngomong hendak pergi kemana kau?"(Perdana Menteri yang masih sinis). "Hamba tadi mendapat amanah dari paduka Ratu, untuk memberikan mahkota ini kepada tuan."(Seraya menyodorkan mahkota itu).
"Oh, akhirnya Sang Ratu menerima aku sebagai Raja. Hahaha!!(Dengan sombongnya). Namun terselip rasa curiga di benak Perdana Menteri. "Apakah maksud Sang Ratu memberiku ini Abunawas?" "Dikarenakan Tuan Perdana Menteri ini adalah orang yang pantas, kaya, dan berwibawa di seluruh negeri."
Abunawas pun sesegera mungkin pergi ke istana. Namun sesampainya di istana Ratu menyambutnya dengan sinis. "Ada apa lagi kau datang kemari?" "Maaf Paduka Ratu, hamba ingin dihukum karena hamba gagal menjalankan perintah Paduka." "Oh, kalau begitu akan kupanggilan Algojo untuk mencambukmu!" "Eit! tunggu dulu Paduka Ratu, apakah Paduka Ratu sudah lupa bahwa cambuk adalah hadiah jikalau hamba berhasil menjaga mahkota Paduka Ratu."(jelas Abunawas) "Baiklah, lalu apakah hukuman yang cocok untukmu?"(Ratu seraya bingung). "Berilah hamba 1 keping uang dinar, niscaya hamba telah menebus kesalahan hamba."(Jawab Abunawas).
"Lancang sekali kau? Sudahlah pergi kau dari hadapanku! Kau tidak akan kuberi hukuman apa apa!"(Usir Sang Ratu). Setelah mendengar itu, Abunawas langsung angkat kaki dari istana. Sementara itu, Perdana Menteri sedang menjual mahkota tersebut kepada penjual emas. "Hei!! Tukang emas jangan kau beri tahu pada siapa pun tentang hal ini! Kalau tidak kujebloskan kau ke Penjara!" (ancam Perdana Menteri).
Keesokan harinya, Sang Ratu mengadakan Rapat besar yang dihadiri seluruh warga tak terkecuali Perdana Menteri dan Abunawas. "Wahai Rakyatku!! Maksud dari kedatanganku mengadakan rapat disini adalah ingin mengetahui siapakah diantara kalian yang menghilangkan mahkota ku?" Seluruh warga pun terdiam, kecuali Sang Perdana Menteri yang angkat bicara. "Maafkan hamba Paduka Ratu, hamba ingin membuat pernyataan. Kemarin Abunawas menjual mahkota Paduka Ratu kepada tukang emas."(Dengan bohongnya). "Lalu saya membelinya dengan harga sangat tinggi untuk mengembalikan mahkota ini ditangan Paduka Ratu."
Meskipun difitnah sedemikian rupa, Abunawas tetap diam dan hanya bisa senyum senyum sendiri. Dengan menahan geli, akhirnya Abunawas pun angkat bicara. "Maaf, Paduka Ratu hamba juga hendak membuat pernyataan perihal mahkota tersebut. Jika hamba berhasil menjaganya, maka hamba akan mendapat hadiah, namun jika tidak hamba akan mendapat hukuman. Maka dari itu, alihkanlah hadiah hamba untuk Tuan Perdana Menteri yang Agung ini, dan berilah hukuman pada hamba."(Jelas Abunawas). Suasana pun masih sunyi, tiba tiba ada 3 orang algojo menghampiri Perdana Menteri.
"Hei! Apa apaan ini? Mana hadiahku? Bukankah Abunawas telah mengalihkan hadiahnya padaku?"(Perdana Menteri yang keheranan). "Benar tuan, kemarin Abunawas telah meminta hadiah Cambuk 100 kali, dan hukuman 1 keping dinar."(Jelas Para Algojo). Akhirnya, Sang Perdana Menteri mendapat hadiah cambuk 100 kali karena ia telah berbohong dan memfitnah Abunawas. Sedangkan Abunawas mendapatkan hukuman 1 keping dinar, karena tidak bisa menjaga Mahkota.
No comments:
Post a Comment